Minggu, 18 Oktober 2009

KRITIK NORMATIF MASJID ISTIQLAL JAKARTA


Masjid Istiqlal yang dibangun oleh arsitek F. Silaban ini, sempat menjadi Masjid terluas di Asia Tenggara.

Sebelum memasuki bangunan utama, Masjid ini juga memiliki plaza yang luas dan dapat menjadi tempat sholat bagi jamaah di ruang terbuka. Masjid ini memiliki kubah setengah bola dengan diameter 45 meter yang ditopang dengan kolom - kolom besar. Ruang sholat utama di kelilingi dengan tujuh lantai mezzanin.Terdapat tulisan kaligrafi ALLAH dan MUHAMMAD dari bahan material stainless stell yang di tempel pada dinding.
dan terdapat mimbar penceramah pada lantai dua. Fisik luar bangunan terlihat dengan unsur linear kolom kolom bangunan.

Tetapi Masjid ini tidak terdapat unsur lengkung pada ornamen Masjid pada umumnya, atau seperti desain Masjid di Timur Tengah. Masjid ini juga memiliki ruang wudhu untuk para jamaah. Material stainless steel masih menjadi material utama pada ornamen ruangan berwudhu. Material batu marmer juga menjadi dominan pada dinding dan lantai Masjid.


Pencahayaan Masjid di dalam ruangan masih mengutamakan pada penerangan lampu. Pencahayaan alami sangat kurang di dapat pada ruang utama sholat dikarenakan kisi - kisi di desain terlalu rapat sehingga bukaan terasa kurang. Material pada kisi - kisi juga menggunakan material stainless steel. Dengan ceiling yang tinggi kita tidak akan merasa kekurangan udara di dalamnya. Adanya kipas angin juga membantu penghawaan di dalam ruangan.

Secara tipologi, Masjid ini juga memiliki persamaan dengan Masjid lainnya, yaitu memiliki kubah Masjid, berbentang lebar, memiliki mezzanin untuk menampung jamaah secara vertikal, dan pola sirkulasi linear.
Jadi Masjid Istiqlal masih sesuai dengan Masjid - Masjid pada umumnya.

PROSA MASJID ISTIQLAL JAKARTA


Pertama kali ku menginjakkan kakiku saat berusia sepuluh tahun. Kesan pertama yang kutangkap adalah besar dan megah. Bangunannya terlihat kaku dengan unsur linear yang membalutnya. Material yang menjadi dominan adalah batu marmer dan stainless steel. Aku berlari kesana dan kemari hingga lelah rasanya kaki ini.

Tempat pertama yang ku tuju adalah ruang wudhu yang cukup sulit ditemukan karena luasnya Masjid tersebut, hingga disebut sebagai Masjid terluas di Asia Tenggara pada waktu itu.Aku merasa sangat kecil ketika berada di dalam Masjid tersebut. Ruang sholat utama tersebut dikelilingi oleh tujuh lantai mezzanin. kubah masjid ditopang oleh kolom - kolom yang berdiameter besar. Aku coba untuk menaiki satu persatu anak tangga di Masjid tersebut hingga sampai lah aku di lantai ketujuh. Perasaan ku sangatlah luar biasa. Aku mendapatkan kesunyian yang luar biasa, suasana yang mencekam di kegelapan malam, ketakutan jika melihat kebawah dan kekaguman akan pemandangan malam Kota Jakarta.


Aku merasakan keagungan dan kebesaran Tuhan didalamnya. Betapa kecilnya aku berada disana. Ini sebagai tanda betapa kecil dan hinanya seorang manusia di hadapan Tuhan, tanpa ada yang bisa disombongkan.

PUISI MASJID ISTIQLAL JAKARTA

MASJID ISTIQLAL


Ku niatkan diri ini
Ku langkahkan kaki ini

Dengan mata ini kulihat kekuatanmu
Dengan mata ini kulihat kemegahanmu
Dengan mata ini kulihat keangkuhanmu
Dengan mata ini kulihat kebesaranmu

Keheningan dan kekhusyukan kurasakan di dalam hati
Dingin yang menusuk kurasakan dari dindingmu
Perlindungan kurasakan dari kekokohan tiangmu
Kebesaran nama-Mu kurasakan dari kaligrafimu

Aku meneteskan air mata
Aku bersimpuh dihadapan-Mu
Aku bersujud dengan kenistaanku
Aku merasa kecil aku merasa hina dengan kemegahan dan kekokohanmu

Apa yang harus kusombongkan